Rabu, 03 Desember 2014

Bulan Desember seakan menjadi bulan keramat yang perlu diantisipasi bagi setiap masyarakat Papua dan juga aparat kemanan TNI/Polri yang bertugas di wilayah Papua. Dalam isu mengatakan bahwa 1 Desember merupakan hari ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) sehingga marak terjadi aksi-aksi anarkis yang tak pernah terduga oleh siapa pun.
Saat ini yang sedang menjadi trending topik di setiap berita yaitu tentang GOLKAR, coba dong sisihkan sedikit untuk menengok ke wilayah timur Indonesia. Mungkin sebagian besar masyarakat yang berada di kota besar tak pernah tahu permasalahan yang ada di Papua karena hampir setiap berita hanya mengekspos ibu kota atau pemerintahan.
Kemarin sekitar pukul 10.00 WIT telah terdengar berita duka yang menyelimuti dua anggota Brimob Polda Papua yang bertugas di daerah Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Dua anggota Brimob ini mati tertembak oleh kelompok OPM di depan kantor Bupati Ilaga.
Kedua anggota Brimob ini merupakan anggota satuan Detasemen A Polda Papua yaitu Aipda Thomson Siahaan dan Bripda Everson. Sebelum tertembak, kedua anggota ini sedang membantu masyarakat untuk menurunkan kursi dan tenda di depan Gereja GKI Ilaga yang berada di depan kantor Bupati.
Sungguh bejat aksi yang dilakukan oleh OPM tersebut. Mereka menembak aparat keamanan yang sedang membantu masyarakat di tempat ibadah. Apa sebenarnya maksud dari penembakan yang dilakukan oleh OPM tersebut? Sangat tidak berperi kemanusiaan.
Aksi penembakan ini juga menyebabkan kerugian materil bagi pihak kepolisian karena senjata jenis AK direbut dan dibawa lari oleh kelompok OPM tersebut. Sungguh sangat tidak diharapkan kejadian seperti ini. Akibat dari penembakan tersebut, sampai saat ini masyarakat di Ilaga takut untuk keluar rumah walaupun kondisinya sudah cukup kondusif.

Selasa, 02 Desember 2014

Jika berbicara tentang derita, pasti tak ada seorang pun yang menginginkan hal tersebut. Namun juga tidak menutup kemungkinan masih ada sekelompok orang yang bertahan dengan penderitaan. Nah kok bisa ya mau bertahan dengan penderitaan? Mari kita simak secara singkat kehidupan manusia yang berada di dalam hutan belantara.
Bukan mengarang cerita atau bukan juga cerita dongeng, tapi ini fakta yang ada di negara kita. Di Papua yang terkenal dengan kekayaan alamnya, namun masih ada orang Papua yang hidup dalam penderitaan. Memang sih mereka orang asli Papua, tapi mereka memilih untuk hidup menderita karena ada tujuan tertentu. Yaitu menginginkan Papua untuk lepas dari Indonesia.
Pastinya sahabat kompasiana sudah tau siapa yang saya maksud. Ya itu lah mereka Organisasi Papua Merdeka (OPM). Memang sih sudah bukan menjadi berita baru, tapi OPM itu sampai saat ini masih belum berhenti berjuang untuk cita-cita mereka yang tidak masuk akal itu. Saya juga heran sampai kapan mereka akan bertahan seperti itu? Padahal kan Papua sekarang sudah sangat berkembang. Sudah banyak berdiri gedung-gedung yang tinggi, tapi OPM kok masih memilih untuk tinggal di hutan.
Saat ini memang suasana di Papua bisa dikatakan sudah cukup aman, karena ada kerjasama antara masyarakat dan TNI-Polri. Sehingga OPM pun masih perlu berpikir panjang untuk berbuat onar. Namun hal itu lah yang membuat para kelompok OPM itu hidup terkurung dalam hutan dengan penuh penderitaan. Mereka pasti takut keluar dari hutan karena tidak ingin tertangkap oleh pihak TNI maupun Polri yang bertugas di wilayah daerah rawan atau daerah perbatasan.
Hidup mereka sudah pasti menderita, karena apa yang bisa mereka harapkan di dalam hutan belantara? Makan pun hanya mengharapkan buah-buahan atau hewan-hewan liar yang ada. Minum juga mengharapkan air dari tumbuhan. Sungguh hidup yang penuh pengharapan dalam derita.
OPM rela menderita hanya karena terhasut dari omongan orang yang tidak bertanggung jawab yang menjerumuskan meraka dengan harapan Papua merdeka meraka akan bahagia. Tapi apa buktinya? Sudah sekian tahun mereka rela hidup menderita tanpa ada hasil yang mereka capai.
Mau dengan cara apapun, OPM tidak akan bisa melepas Papua dari Indonesia dan sampai kapan pun Papua itu akan tetap berada di dalam bingkai NKRI. Sehingga usaha mereka itu hanya sia-sia dan akan terus membawa hidup mereka dalam penderitaan yang tiada akhir.
Jaman sekarang kan sudah enak, mau apa aja sudah ada. Kok bisa OPM mau hidup menderita di dalam hutan itu lho. Mending kan di kota mencari pekerjaan yang layak yang bisa merubah hidup mereka menjadi lebih baik dari yang mereka jalani di hutan.
Polisi juga tidak akan menangkap dan menahan mereka para OPM jika mereka ingin kembali mengikuti arus NKRI dengan cara yang baik. Turun ke kota dan serahkan senjata dengan baik-baik, pasti aparat Kepolisisan dan masyarakat juga akan menyambutnya dengan cara yang baik. Sehingga tidak ada lagi rasa takut atau khawatir untuk hidup damai bersama masyarakat Papua yang lainnya.
Penderitaan itu tidak akan selesai jika bukan mereka sendiri yang mengakhirinya. Daripada terus-terusan di hutan, mending di kota lah. Kan enak, bisa merasakan kebahagiaan menghirup udara bebas dan lepas dari penderitaan tu.
Mungkin ini bukan masalah bagi mereka-mereka yang ada di kota besar karena mempunyai masalah kehidupan masing-masing, namun sebenarnya ini merupakan masalah bagi negara kita dalam hal kehidupan rakyat Indonesia yang berada di Tanah Papua yang bisa menjadi kajian evaluasi dalam agenda pemerintah Indonesia.

Senin, 01 Desember 2014

Tak pernah ada ujungnya dan tak pernah berakhir isu mengenai Papua yang dimana ada sekelompok gerombolan kecil yang ingin melepas Papua dari dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bukan menjadi isu baru jika gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus berbuat ulah dan tak pernah berhenti mengganggu masyarakat mereka sendiri yang ada di Papua. Hal tersebut terus dilakukan semata-mata hanya demi mengejar mimpi mereka untuk kemerdekaan Papua.
Merasa bangga dengan sebuah lambang bintang kejora dan juga senjata rakitan ilegal yang mereka miliki, sehingga OPM terus melakukan aksi terornya kepada masyarakat Papua yang berideologi Pancasila. Selain itu juga, OPM tak pernah berhenti menghasut masyarakat Papua untuk mengikuti jejak langkah mereka kedalam kelompok bintang kejora tersebut.
OPM sebenarnya juga merupakan masyarakat asli Papua, namun mereka telah berbeda paham dan berbeda ideologi dengan NKRI karena telah terpengaruh oleh omongan orang yang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan isu kemerdekaan Papua.
Beberapa hari lagi akan memasuki tanggal 1 Desember, dimana hari tersebut dikatakan sebagai hari kemerdekaan Papua oleh kelompok OPM sejak 1 Desember 1961. Setiap tanggal 1 Desember, kelompok OPM selalu mengibarkan bendera bintang kejora di Tanah Papua. Namun, Hal ini merupakan suatu tindakan pengkhianatan sehingga bagi siapa saja yang melakukan tindakan tersebut akan diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia.
Setiap kali memasuki tanggal 1 Desember, selalu ada aksi anarkis yang dilakukan oleh kelompok OPM di tanah Papua. Mereka mengatakan bahwa 1 Desember itu merupakan hari ulang tahun mereka, sehingga mereka berhak melakukan apapun sesuka hati mereka. Itulah yang menjadi suatu penilaian buruk terhadap kelompok OPM, karena selalu bertindak anarkis dalam berbagai hal yang mereka lakukan.
OPM juga tak pernah segan-segan dalam membunuh masyarakat Papua yang sebenarnya merupakan masyarakat mereka sendiri, jika orang Papua tersebut menyimpang dengan kelompok OPM.
Jika hal tersebut selalu dilakukan oleh OPM, sampai kapan pun mimpi mereka untuk merdeka tak akan menjadi nyata. Karena suatu negara itu berdiri bukan dari aksi yang anarkis, melainkan dari suatu perjuangan dengan cara yang benar.
Bukan hal yang mudah untuk melepas Papua dari pangkuan Ibu Pertiwi, dan itu pun hanya menjadi mimpi bagi kelompok OPM untuk bisa melepas Papua dari NKRI. Sudah banyak usaha dan upaya yang telah dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata dalam hal ini OPM untuk kemerdekaan Papua. Namun, hal itu tak pernah berhasil berkat persatuan yang kuat antara aparat keamanan dan masyarakat Papua yang masih berdarah merah putih.
Mimpi hanya akan menjadi mimpi dan tak pernah bisa menjadi nyata bagi kelompok OPM untuk melepas Papua dari NKRI. Oleh karena itu berhentilah untuk bermimpi mecapai suatu kemerdekaan yang tak akan pernah terwujud menjadi nyata.
Semoga pada 1 Desember 2014 nanti, suasana di tanah Papua bisa aman terkendali tanpa ada aksi-aksi anarkis dari kelompok separatis bersenjata.

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Followers

Blogger news

Featured Posts Coolbthemes

Video

Popular Posts

Our Facebook Page