Kamis, 12 Juni 2014



Pendeta Socrates Sofyan Yoman, MA, merupakan ketua Umum Gereja Baptis dan juga sebagai tokoh gereja lokal yang terkenal vokal terhadap sikap pemerintahan.
Dalam satu pernyataannya yang menanggapi pendapat tentang Pernyataan keras Pangdam XVII/Cenderawasih Drs, Christian Zebua, MM, Socratez menjelsakan bahwa “Rakyat harus diberikan kebebasan memilih tanpa rasa takut. Apapun pilihan itu nantinya, hak pribadi untuk memilih atau tidak itu mutlak ada pada pribadi setiap individu”.
Sedangkan dalam pernyataan Pangdam, beliau secara tegas menegaskan bahwa dirinya akan menindak secara tegas Pelaku yang hendak melakukan pemboikotan Pilpres karena hal itu merupakan suatu upaya untuk merusak konstitusi NKRI.
Sudah jelas dalam penegasan Pangdam bahwa beliau menegaskan tentang boikot, dan itu bukan tentang golput seperti maksud dari pernyataan Socratez yang menanggapi pendapat Pangdam tersebut.
Ini menunjukan bahwa seorang Socratez yang merupakan ketua Umum Gereja Baptis dan juga sebagai tokoh gereja local tidak mengerti dan tidak bisa memahami arti kata Bahasa Indonesia yang benar dari penekanan Pangdam XVII/Cenderawasih.
Secara umum, boikot dan golput itu sangat berbeda. Boikot di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) itu berarti bersekongkol menolak untuk bekerja sama (berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dsb) dalam hal ini mengenai Pilpres 9 Juli mendatang. Sedangkan untuk golput itu tidak turut serta dalam pelaksanaan pemilihan presiden atau tidak ikut memilih atas haknya sendiri.
Didalam penegasan Pangdam, itu ditegaskan mengenai masalah boikot yaitu berarti secara tidak langsung berupaya untuk menggagalkan pemilihan presiden 9 Juli 2014 nanti.
Menyikapi permasalahan ini berarti Socratez itu tidak paham dan tidak mengerti apa yang sampaikan oleh Pangdam XVII/Cenderawasih. Socratez masih belum menguasai arti dan perbedaan dalam berbahasa. Selain itu, dengan arti lain bahwa Socratez berupaya untuk memutarbalikan fakta tentang penegasan Pangdam terhadap masyarakat sehingga masyarakat menjadi terpengaruh dan takut untuk memilih.
Penegasan Pangdam itu sedah jelas dan itu tidak ada unsur untuk menakuti masyarakat dalam mengeluarkan suaranya dipemilihan presiden yang akan datang nanti.
Menurut saya, Socratez harus lebih jeli dalam menyikapi suatu Bahasa yang dikeluarkan oleh seseorang agar tidak terjadi kesalahan dalam menyikapi pendapat atau pernyataan seseorang.

Kamis, 05 Juni 2014

Bumi Cenderawasih
Akhir-akhir ini sering terjadi konflik atau kontak senjata antara aparat keamanan dengan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) yang merugikan pihak aparat keamanan. Tapi permasalahannya bukan karena aparat keamanan dirugikan karena ada korban dari pihak tersebut, karena itu pun sudah menjadi tugas dan tanggung jawab mereka sebagai aparatur negara yang menjaga keamanan dan keutuhan di wilayah NKRI khususnya yang bertugas di Timur Indonesia yang bisa dibilang masih sangat rawan dengan gerakan/kelompok separatis yang berbeda paham. Namun permasalahannya, gangguan dari kelompok separatis tersebut yang sering melakukan penembakan di wilayah perbatasan RI-PNG sangat meresahkan dan merugikan masyarakat setempat.
Masyarakat merasa resah karena gangguan dari KSB tersebut sangat membahayakan nyawa mereka. KSB sering kali melakukan penembakan terhadap aparat keamanan dan bahkan pernah juga ada korban dari pihak sipil yang tidak bersalah. Entah apa tujuan dari mereka melakukan penembakan-penembakan tersebut yang tidak ada untungnya sama sekali bahkan sangat merugikan pihak-pihak yang tidak bersalah.
Masyarakat merasa rugi karena akses perekonomian menjadi terhambat karena adanya penembakan-penembakan tersebut. Masyarakat yang berdagang di pasar Perbatasan RI-PNG sering tutup karena takut dengan adanya gangguan dari KSB tersebut.
Parahnya lagi KSB setelah melakukan penembakan-penembakan yang tidak jelas itu, mereka melarikan diri ke negara tetangga yaitu Papua New Guinie (PNG). Benar-benar pengecut dan tidak bertanggung jawab.
Kemungkinan besar mereka adalah kelompok yang berbeda paham dengan ideologi NKRI yang hanya ingin memerdekakan suatu Pulau Di dalam bingkai NKRi yaitu Papua. Bagaimana mungkin mau mendirikan negara di dalam negara? Apakah mereka sudah cukup pintar dan mempunyai banyak kelebihan sehingga punya pemikiran untuk membuat suatu Pulau di dalam satu negara menjadi merdeka?
Papua itu sudah merdeka di dalam bingkai NKRI. Jadi sudah jelas bahwa Papua itu merupakan isi di dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk apa lagi masih punya pemikiran untuk membuat Papua merdeka. Sangat tidak masuk akal dan benar-benar konyol.
Janganlah menodai dan mengotori Bumi Cenderawasih yang indah ini. Berpikirlah yang lurus dan berbuatlah yang baik sehingga bisa menciptakan Papua yang aman dan sejahtera serta terhindar dari permasalahan-permasalahan konflik yang sangat tidak menguntungkan.
Satukan tekad dan luruskan jalan menjadi Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia.

Selasa, 03 Juni 2014



Lagi-lagi terjadi penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di daerah perbatasan Republik Indonesia dan Papua New Guinie (PNG), di Skow Distrik Muara Tami Kota Jayapura pada hari Selasa, 3 Juni 2014. Penembakan tersebut terjadi sekitar Pukul 13.00 WIT dari arah zona netral setelah acara pembukaan pintu lintas batas antara RI-PNG yang sempat ditutup sementara akibat terjadi penembakan di wutung, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura bebarapa bulan lalu.
Dari peristiwa penembakan ini, mengakibatkan salah seorang anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) Satgas Pamtas RI-PNG dari Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama atas nama Prajurit Dua (Prada) Maulana Malik tertembak dibagian paha kanannya. Selanjutnya korban langsung dibawa ke Puskesmas Koya Barat dan karena mengalami pendarahan yang cukup serius akhirnya korban dievakuasi ke Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura dan sementara masih dalam perawatan.
Dari pihak TNI dan Kepolisian telah melakukan pengejaran dan penyisiran di lokasi penembakan, namun KKB tersebut berhasil melarikan diri ke wilayah PNG. Setelah melakukan olah TKP, diketahui bahwa pelaku lebih dari satu orang. Beberapa hari ini telah terjadi dua kali penembakan yang mengakibatkan korban dari pihak aparat keamanan. Kejadian sebelumnya di Kabupaten Lanny Jaya pada jumat (30/5/2014) dan kemarin terjadi penembakan di perbatasan RI-PNG di wilayah Wutung.
Semakin dekat dengan pelaksanaan Pilpres 2014 tapi aksi penembakan yang dilakukan oleh KKB masih terjadi dan malah semakin merajalela. Aksi tersebut memang sengaja dilakukan oleh KKB yang ingin menggagalkan proses jalannya Pilpres 2014 di Papua dengan menimbulkan rasa tidak aman bagi masyarakat Papua. Aksi penembakan yang dilakukan oleh KKB merupakan perbuatan terkutuk karena menimbulkan rasa takut terhadap masyarakat setempat dan terhentinya roda ekonomi.
Masyarakat setempat berharap agar aparat keamanan baik TNI maupun Polri dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, sehingga masyarakat dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa ada rasa takut. Kalau sudah terjadi seperti ini siapa yang rugi?, Ya masyarakat itu sendiri karena tidak bisa melaksanakan aktifitas untuk mencari nafkah. Masyarakatpun berharap agar KKB dapat menghentikan aksi bejadnya dan kembali dengan saudara-saudaranya bersama-sama membangun wilayahnya dengan baik serta menyerahkan senjata kepada pihak aparat kepolisian setempat.

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Followers

Blogger news

Featured Posts Coolbthemes

Video

Popular Posts

Our Facebook Page